Kepala BIN Ajak BEM PTNU Tangkal Paham Radikalisme

Sabtu, 28 April 2018 - 16:43 WIB
Kepala BIN Ajak BEM PTNU Tangkal Paham Radikalisme
Kepala BIN Ajak BEM PTNU Tangkal Paham Radikalisme
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Polisi Purn Budi Gunawan mengajak seluruh mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (BEM PTNU) menjaga ideologi Pancasila dan menangkal penyebaran paham radikalisme.

Hal itu disampaikan Budi Gunawan, dalam Munas VI BEM PTNU se-Nusantara di Kampus III Universitas Wahid Hasyim, Semarang, Jawa Tengah yang dihadiri 272 kampus yang tergabung dalam pengurus BEM PTNU, Sabtu (28/4/2018).

Dalam Munas bertema Meneguhkan Peran Serta Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama dalam Menangkal Radikalisme dan Terorisme untuk Memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRl) ini, Budi mengungkapkan pascaperang dingin, Indonsia kini berada di tengah-tengah pertarungan ideologi yang memengaruhi cara pandang sebuah bangsa, termasuk Indonesia.

"Kontestasi ideologi-ideologi ini melahirkan perebutan pasar ideologi dan pencarian ideologi alternatif ditambah dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi yang memudahkan orang untuk mencari nilai-nilai atau ideologi yang sesuai dengan keyakinannya," katanya.

Penelitian dari negara Amerika Serikat, saat ini terjadi pertarungan ideologi antara liberalisme yang mempunyai prinsip pasar bebas dengan nasionalisme proteksionis yang mengedepankan prinsip “America First” untuk melindungi kepentingan nasionalnya.

Pertentangan ini bahkan telah membentuk polarisasi di masyarakat AS dan timbulkan kegamangan di kalangan generasi muda AS.

"Sementara RRT dapat mempertahankan identitas bangsanya yang memiliki ideologi komunis dengan mengakomodasi praktik kapitalis untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan kesejahteraan rakyatnya," ucapnya.

Dia menegaskan, Pancasila sebagai ideologi perekat bangsa Indonesia yang selama ini telah mempersatukan kebinekaan mendapatkan ujian berat berupa gempuran dari ideologi-ideologi luar.

Apabila hal ini dibiarkan, sambung dia, rakyat Indonesia tidak lagi dapat mengasosiasikan dirinya sebagai bangsa besar dalam bingkai NKRI. Ancaman masuknya ideologi asing dapat menggoyahkan ketahanan ideologi nasional, dan berdampak terhadap kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

"Mahasiswa memiliki peran strategis dalam membentuk masyarakat madani. Berbagai gerakan perbaikan bangsa ini umumnya juga dimotori oleh mahasiswa. Sejarah membuktikan gerakan mahasiswa menjadi motor perubahan pada bangsa Indonesia ini, seperti Tritura pada 1966 serta gerakan Reformasi 1998," katanya.

Menurut dia, untuk menangkal paham radikalisme tumbuh dan berkembang di Indonesia diperlukan strategi nasional untuk memantapkan Pancasila sebagai way of life bangsa.

Fokus utama dalam strategi nasional pembinaan ideologi Pancasila, kata dia, diarahkan pada upaya secara optimal dan komprehensif dalam internalisasi nilai-nilai Pancasila kepada seluruh masyarakat, serta upaya defensif untuk memproteksi ideologi Pancasila dari serbuan ideologi asing dan pihak-pihak yang ingin mengganti ideologi Pancasila.

Dia menegaskan perlu kerja sama seluruh elemen bangsa dalam mendukung strategi nasional penguatan ideologi Pancasila sangat diperlukan, terutama di seluruh perguruan tinggi.

Budi menjelaskan, tujuannya agar kalangan muda potensial seperti mahasiswa dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga keutuhan NKRI.

Ideologi Panacsila dikatakannya sebagai benteng untuk membendung dan menangkal pengaruh paham-paham radikal di Indonesia

Dia menyebutkan, strategi yang dapat diterapkan di perguruan tinggi untuk memperkuat ideologi Pancasila dan menangkal paham radikal adalah dengan New Public Management (NPM), yakni peningkatan peran masyarakat dan mahasiswa dalam pengelolaan interaksi sosial di ranah publik untuk menangkal berkembangnya radikalisme, terorisme, dan intoleransi.

Selain itu, tambah dia, peningkatan peran ormas Islam seperti NU dalam menangkal radikalisme dan terorisme. Kemudian, pemberdayaan ekonomi lokal di lingkungan pesantren dan masyarakat melalui UMKM dan koperasi.

"Termasuk penguatan nilai-nilai kebangsaan dengan berpedoman pada ajaran bahwa cinta Tanah Air merupakan sebagian dari iman (Hubbul wathon minal iman) serta penguatan toleransi dan kerukunan di masyarakat," katanya.

Budi menilai, peran NU dalam mewujudkan Islam rahmatan lil alamin atau Islam yang memberi rahmat bagi alam semesta dan sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Dia mengatakan, sejak zaman dahulu dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui fatwa jihad dari KH Hasyim Asyari. Hingga saat ini NU menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia dengan jumlah umat yang mencapai sekitar 80 juta orang.

"Demikian juga dengan peran pemuda dan mahasiswa NU terutama yang tergabung dalam 272 BEM PTNU sangat penting dalam memengaruhi pemikiran dan perjuangan seluruh generasi muda di Indonesia dalam konteks kebangsaan dan keutuhan NKRI," katanya.

Menurut dia, BEM PTNU dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk melawan gerakan radikal. BEM PTNU berperan di dalam dan luar kampus untuk melakukan upaya pencegahan melalui peningkatan kegiatan penguatan ideologi Pancasila, nilai-nilai Islami dan jiwa nasionalisme secara masif dan berkelanjutan termasuk di lingkungan masjid kampus dan orientasi pembekalan mahasiswa baru serta unit-unit kegiatan mahasiswa.

Selain itu, kata dia, BEM PTNU juga perlu berperan secara aktif memerangi berita-berita hoaks dan ujaran kebencian yang sangat berpotensi menimbulkan konflik dan memecah belah bangsa.

"Jangan menjadi proxy bagi pihak yang justru ingin merusak tatanan masyarakat madani yang kita bangun bersama. BEM PTNU harus mewaspadai setiap upaya pihak-pihak yang memiliki kepentingan sempit dan ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila dan keutuhan NKRI," ujarnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4525 seconds (0.1#10.140)